Buku Harim di Tanah Haram adalah buku bergenre novel yang ditulis oleh Abu Hamzah, orang yang menulis buku best seller Ayo Bisnis Umrah. Beliau ingin berguna bagi banyak orang, salah satunya dengan menerbitkan buku ini. Namun, buku ini tidak cocok menjadi buku bacaan anak-anak. Menurutku, minimal bisa dibaca oleh remaja umur 15 tahun.
Seperti buku Ayo Bisnis Umrah, buku Harim di Tanah Haram juga menjadi buku best seller-nya di tingkat nasional. Kemungkinan besar, karena penjualan bukunya laris manis, beliau memberikan bonus voucher umrah kepada pembeli bukunya ini. Namun, bisa jadi bonus itu sudah ada ketika bukunya terbit. Wallahualam. Perihal novel ini segera difilmkan, Abu Hamzah sudah berniat membuat film sebelum berpikir untuk menerbitkan buku. Hal ini dijelaskannya di prakata.
Selanjutnya, tentang isi novelnya, Abu Hamzah memilih perempuan sebagai tokoh utama dengan sudut pandang orang ketiga. Si tokoh utama (Qia) yang menjadi guru di pesantren milik ayah angkatnya memiliki kisah kelam pada masa kecil. Ibunya dibunuh warga, bahkan di depan matanya. Padahal Qia tidak punya siapa-siapa lagi dan tidak tahu keberadaan ayah kandungnya.
Makin tua makin besar ujian hidup seseorang, hal ini dialami oleh Qia setelah menikah. Mungkin karena keimanannya yang tinggi juga. Namun, yang takterduga, ustazah itu hampir bunuh diri.
Sebesar apa sih kehidupan pahitnya saat dewasa? Anda akan mengetahuinya saat membaca resensi ini.
Identitas Buku
Judul buku : Harim di Tanah Haram
Penulis : Abu Hamzah
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Provinsi terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2014
Tebal buku : x + 158 hlm.
Ukuran buku : 20 × 13,5
Buku novel Harim di Tanah Haram dicetak dengan kertas berwarna krem. Setelah berpikir keras dengan mengaitkannya dengan isi cerita, sepertinya Penerbit memberi warna yang berbeda pada kata "Haram" karena ini ada kaitannya dengan kehidupan si tokoh utama (Qia), baik ketika masa kecil maupun dewasa. Setelah menikah dengan donatur yang sering menyumbang ke pesantren milik ayah angkatnya sekaligus menjadi tempatnya mengajar, Qia baru tahu bahwa suaminya (Basri) seorang pezina dan suka melihat perzinaan biseksual perempuan, bahkan itu dilakukan Basri pada malam pertama mereka dan Qia diminta berhubungan intim dengan perempuan-perempuan itu.
Setelah Qia berhasil kabur dan belum lama bekerja di restoran, satpam-satpam Basri menemukan jejaknya. Diam-diam Qia meminta bantuan seorang perempuan yang berjanji akan mengabulkan apa pun permintaannya sebagai balas budi atas perbuatan baiknya mengembalikan harta berharganya. Setelah lolos dari satpam Basri, Qia setuju ikut dengan perempuan itu ke Jakarta, provinsi yang menurut informasi adalah tempat tinggal ayah kandungnya. Dia juga ditawarkan sebuah pekerjaan.
Setelah masuk ke sebuah rumah mewah, ternyata pekerjaan yang ditawarkan kepada Qia adalah menjadi pelacur. Penjagaan rumah itu juga lebih ketat daripada rumah suaminya. Dari pemilik rumahnya, Qia terkejut bahwa ibunya merebut suami pemilik rumah itu. Beberapa hari kemudian, dia meminta tolong kepada Azzam dengan isyarat. Setelah memahami kode dari Qia, Azzam mengajak dua sahabat dekatnya membantunya. Ketiga laki-laki muda itu rela babak belur demi menolong Qia. Setelah berhasil mengalahkan bodyguard Qia, Qia menceritakan semua hal yang dialaminya setelah menikah. Lalu, Azzam mengajaknya ke Turki.
Di Turki, Qia berkenalan dengan dua sahabat dekat Azzam di sana. Saat makan dengan mereka, dia merasakan sakit di bagian bawah perut. Setelah diperiksa, ternyata dirinya mengidap kanker rahim dan harus segera dioperasi. Maha Kasih Allah, setelahnya, Qia dan Azzam mendapat rezeki. Setelah Azzam berhasil merebut barang jamaah dari tangan pencopet, dia dan Qia diberi tugas mengantar jamaah sampai Baitullah. Setelah tugas itu selesai, Azzam melamar Qia meski belum tahu apakah Qia sudah resmi cerai dari suaminya atau belum.
Saat video call dengan ayah angkatnya, Qia jadi tahu bahwa suaminya sudah meninggal beberapa bulan lalu. Dia pun memberi tahu tentang lamaran Azzam. Setelah mereka menikah, mereka mencari ayah kandung Qia dengan berbekal foto dan alamat tempat tinggal ayah kandungnya. Setelah menemukannya, Qia dan suaminya bertemu dengan perempuan yang menjadikan Qia pelacur. Mereka terkejut saat mengetahui bahwa ayah kandung Qia-lah yang membuat Qia menjadi pelacur. Qia marah dengan ayah kandungnya.
Azzam memberikan alamat rumahnya kepada ayah kandung Qia. Usaha apa yang akan dilakukan ayah kandung Qia? Apakah Qia akan memaafkannya? Dan sikap apa yang akan diberikan Azzam kepada Qia mengenai ayah kandung Qia?
Penilaian Buku
Kelebihan dari buku novel ini yang saya temukan, di antaranya:
1. Sampul depannya timbul.
2. Memiliki tiga setting negara, yaitu Indonesia, Turki, dan Arab. Di Indonesia memiliki dua latar tempat, yaitu Makasar dan Jakarta.
3. Penulis menggambarkan Kota Makasar dan Turki. Turki lebih banyak dikenalkan daripada Makasar.
4. Tiponya sedikit, begitu juga dengan kekeliruan tanda bacanya.
5. Berisi perjuangan seorang perempuan yang imannya tinggi dalam menghadapi ujian besar.
6. Memberi tiga pelajaran penting, yaitu:
a. Seseorang yang terlihat baik belum tentu benar-benar baik, begitu sebaliknya;
b. Kita harus lebih selektif dalam memilih pasangan hidup;
c. Kita perlu lebih waspada terhadap orang lain.
Allah menciptakan makhluk dengan sengaja dibuat tidak sempurna agar tidak ada yang menyamai-Nya. Jika ciptaan-nya tidak sempurna, apalagi karya ciptaan-Nya. Kekurangan dari buku yang saya baca ini meliputi:
1. Di hlm. 35 disebutkan bahwa Qia mengajar bahasa Turki. Namun, di hlm. 112 dia mengatakan kepada Azzam dan dua sahabat dekatnya bahwa dirinya tidak bisa berbahasa Turki.
2. Di hlm. 36 Qia marah dan memberi nasihat kepada Basri bahwa mereka tidak boleh bersentuhan karena belum mahram. Namun, di hlm. 109 dan 113 dia menyalami Azzam dan dua sahabat dekatnya di Indonesia.
3. Basri pernah berbisik kepada Qia bahwa Qia akan menjadi miliknya dan saat laki-laki itu berbicara dengan ayah angkat Qia tentang lamarannya beberapa hari yang lalu, Qia menguping. Namun, Qia tidak menjadikan itu sebagai penguat ketakutannya terhadap Basri.
4. Setelah Qia diperkosa dua perempuan biseksual, penulis tidak memasukkan adegan Qia bertaubat.
5. Saat seorang tokoh bertanya asal Qia, Qia menyebut nama orang tua kandungnya. Padahal jika tidak disebut, tidak masalah. Jika tokoh itu penasaran, bisa bertanya lagi.
6. Saat melihat Qia berjilbab di rumah Azzam, Azzam tidak meminta maaf atas perlakuannya di mobil saat menolong Qia. Saat itu Qia merapatkan gaun minim bahan bagian atas dan bawah, tetapi Azzam tidak memberikan benda untuk membantu menutupi auratnya.
7. Ayah angkat Qia mengaku tidak pernah bisa tidur sejak pernikahan Qia dan Basri saat usia pernikahan mereka 7 bulan. Ada, ya, manusia seperti itu?
8. Sebelum menikah dengan Azzam, Qia tidak mengenalkan Azzam pada ayah angkatnya, padahal dia bisa video call dengan ayah angkatnya.
9. Saat bertanya rumah ayah kandungnya kepada seseorang, Qia tidak menyebutkan nama ayah kandungnya secara lengkap.
10. Saat bertemu Qia, perempuan yang menjadikan Qia pelacur tidak meminta orang-orangnya untuk menangkap Qia. Padahal sebelumnya dia memuji fisik dan wajah Qia.
11. Saat Qia dan Azzam menikah, penulis tidak menjelaskan apa-apa tentang ketidakadaan dua sahabat dekat Azzam yang ada di Indonesia saat mereka ijab kabul.
Kesimpulan
Buku novel Harim di Tanah Haram karya Abu Hamzah ini bercerita tentang keburukan seseorang. Mungkin di mata kita, orang itu buruk. Namun, pada kenyataannya, dia seperti itu bukan atas keinginannya. Abu Hamzah menggambarkannya melalui ustazah yang menjadi korban pezinaan, pemerkosaan, dan perubahannya jadi perempuan terburuk. Beliau mengawali ceritanya dengan membuat adegan pembunuhan warga terhadap pelacur janda dan seorang laki-laki. Mereka bahkan tidak memedulikan anak si janda yang melihat tragedi itu.
Beberapa tahun kemudian, Qia menjadi guru di pesantren milik ayah angkatnya. Namun, setelah menikah dengan donatur terbesar di Pesantren (Basri), dia tidak menyangka bahwa Basri seorang pezina dan suka melihat adegan seks sesama perempuan. Setelah berhasil kabur dari rumah itu, Qia kerja di restoran, tetapi tidak lama kemudian, satpam Basri menemukan jejaknya. Lalu, dia meminta bantuan kepada seorang perempuan baik. Namun, Qia tidak menduga bahwa perempuan itu akan menjadikannya pelacur di tempat tinggal ayah kandungnya dahulu, bahkan penjagaannya lebih ketat. Untung Allah mengirimkan Azzam.
Setelah mendapat kebebasan lagi, Qia pergi ke Turki bersama Azzam. Setelah berkenalan dengan dua sahabat Azzam di negara itu, dia dinyatakan mengidap kanker rahim dan harus segera dioperasi. Alhamdulillah perempuan itu dan Azzam mendapat rezeki hingga bisa umrah bersama rombongan. Setelah umrah, Azzam melamar Qia, meski belum tahu apakah Qia sudah resmi cerai dengan suaminya atau belum. Setelah Qia dan ayah angkatnya saling berkabar, Qia memberi tahu lamaran Azzam. Setelah mendapat restu dan menikah, Qia dan Azzam mencari ayah kandung Qia. Saat ketemu, mereka juga bertemu orang yang menjadikan Qia pelacur. Qia marah setelah tahu ayah kandungnya yang menjadikannya pelacur.
Tulisan Abu Hamzah di buku ini minim kesalahan ejaan dan tanda baca. Namun, cerita novelnya itu sedikit vulgar, jadi minimal boleh dibaca oleh orang yang sudah berumur 15 tahun. Pelajaran utama yang dapat dipetik dari cerita ini adalah tentang penilaian terhadap orang. Yang tampak baik belum tentu benar-benar baik, begitu sebaliknya. Abu Hamzah menggambarkannya melalui tokoh utama yang terjebak dalam lubang hitam, donatur terbesar di pesantren, dan orang asing. Oleh karena itu, kita perlu lebih waspada terhadap orang lain, tak terkecuali orang terdekat.
Any question? Atau ada kritik? Silakan disampaikan. Kutipan buku novel ini saya unggah di Twitter saya, @14Poetree. Anda bisa mencari unggahannya dengan hastag #HarimDiTanahHaram. Hanya ada tiga kutipan; dari Qia, ayah angkatnya, dan Azzam.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkomentar di unggahan saya.