Setiap kisah bisa dikutip, kadang lebih dari satu kutipan. Namun, biar adil, satu cerpen satu kutipan.
POV (sudut pandang) dalam buku kumpulan cerpen "Mereka Semua Ada" karya Keluarga Cerama (KC) dibagi menjadi tiga POV. Jadi, jangan heran dengan kata "aku" atau "kamu" berikut ini yang tidak kulabeli dengan nama tokoh, yang berarti kutipan diambil dari narasi.
Identitas Buku
Nama-nama penulis (nama akun WP):
1. A.D. Antara/Si Cipu (@SiCipuOTR)
2. Adell (@adella22user699359)
3. Adib La Tahzan
4. Agatha (@AgathaPtr4)
5. Amalia T. Djamiri [DewaZeus98]
6. Ari Setya (@AriiSetya)
7. Arifa Iftita Rahma (@iftitaarifa)
8. Arika Hafizhah Annabilla (@annabilla19)
9. Arika Hafizhah Annabilla (@arikaannabilla)
10. Aulia (@AuliaNuril6)
11. Bierain
12. Dandeliona
13. Deasy Astrid/Dess (@Dastolines)
14. Hana Lestari (@Hanaksara)
15. Indah (@indahhayu141)
16. Ivana (@Nandreans)
17. (@kaloka)
18. Kartika Dewi Purwastuti (@tikadp)
19. LADT (@nothingadr_)
20. Lani Nurohmah/Bulbul (@Bulan_Lani)
21. Mutiara Bintang Ramadani
22. Ni'matul Izzah (@izzah9_02)
23. Nurhafia Temarwut (@temarwuthafianur)
24. Putri Hime
25. Putri Resky (@Natallah)
26. (@QusQazah13)
27. Rindiantika (@penaline_)
28. Risma A.N. (rismaagustna26)
29. Syasya Alqadri (@syalqadri)
30. Selvi Dwi Rahmawati (@30RahmawattiDwii_)
31. Silva (@SilvaHasyam)
32. Silvi Ananta Salsabila (@coretAnanta)
33. (@vinandr_)
34. Vanya Annastasya RH
35. Widya Mailani (@widyadz26)
Penerbit : CV Pelita Aksara Gemilang (Elsage Publisher)
Kota terbit : Sukoharjo
Tahun terbit : (Januari) 2020
Tebal buku : vi + 234 hlm.
Harga buku : Rp62.000
Sesuai jumlah penulisnya, buku ini terdiri dari 35 cerpen. Bagaimana dengan kutipannya?
"Inilah yang membuatku dijauhi semua teman sekelasku. Mereka semua menganggapku gila karena berbicara sendiri, padahal jelas-jelas aku berbicara dengan Miama." - Hyuna (Miama, Arika Hafizhah Annabilla [@arikaannabilla], hlm. 5)
"... jika kita melewati jalanan tersebut, kita harus meminta doa terlebih dulu dan tutup mata ketika hendak melewatinya." (Wanita di Pinggir Jalan, Lani Nurohmah [@Bulan_Lani], hlm. 9)
"Aku terperanjat, aku melihat lima goresan melintang di pintu kamarku. Dan kulihat juga, sandal di depan pintuku berserakan tak karuan. Tidak mungkin." (Kamar Kos, Deasy Astrid/Dess [@Dastolines], hlm. 16)
"Aku melempar pandanganku ke segala penjuru ruangan ini. Sepi. Lalu siapa yang tadi menggenggam tanganku? Dan lagi, suara langkah itu?" (Ruang Hampa, A.D. Antara/Si Cipu [@SiCipuOTR], hlm. 23)
"Iqbal berusaha menarik kakinya dengan sepenuh tenaga. Dibantu Byan dan Rifky. Begitu terlepas, kami langsung ngacir entah ke mana, yang terpenting tidak ada sosok itu lagi." (Rumah Hantu di Pasar Malam, Selvi Dwi Rahmawati [@30RahmawattiDwii_], hlm. 29)
"Betapa kagetnya aku saat ponsel itu berbunyi sendiri. Bukan! Aku tidak memasang alarm di jam seperti ini! Dan lagi pula itu bukan bunyi alarm, itu bunyi lagu." (Pamali, @QusQazah13, hlm. 35)
"Satu putaran di leher anak kecil itu berhasil membuatnya patah. Dia hanya tertawa, lagi dengan nyaring hingga kedua orang tua anak itu datang. Lirik matanya sudah mematikan, tidak ada yang bisa bergerak karenanya." (Lullaby, Syasya Alqadri [@syalqadri], hlm. 38)
"Rahwana kaget. Tidak percaya. Kedua alisnya naik. Dahinya berkerut." (Pesan Singkat di Kereta yang Melaju di Ibu Kota, Ivana [@Nandreans], hlm. 45)
"Entah apa yang ada dalam pikirannya, ayah membalikkan setir menuju hutan yang jarang dikunjungi. Aku menatap sekitar, gelap tanpa ada sedikit pun lentera." (Akulah Pelakunya, Arifa Iftita Rahma (@iftitaarifa), hlm. 52)
"Dio yang ditepuk pundaknya memutar tubuhnya dan Kris langsung kaget saat melihat mata temannya itu tidak ada bola matanya." (Hitori Kakurenbo, Arika Hafizhah Annabilla [@annabilla19], hlm. 56)
"Aku mencoba membuka mata dan memfokuskan pendengaran dan penglihatanku pada pintu kamarku. Tiba-tiba pintu kamarku terbuka perlahan-lahan dan tampaklah seorang pria dengan pakaian perang kerajaan beserta alat panah yang bertengger di bahunya dan di belakangnya ada beberapa orang yang takbisa kulihat dengan jelas. Dia melihatku dengan tatapan aneh." (Jam 02.00 Pagi, Nurhafia Temarwut [@temarwuthafianur], hlm. 63-64)
"... entah mengapa aku merasa ada yang aneh dengan Tika, temanku yang duduk di sebelahku. Aku perhatikan gerakannya tidak biasa dan ada yang aneh. Aku makin mempertajam penglihatanku karena ketika waktu siang, mataku tidak begitu sempurna melihat "mereka" ...." (Anak Jawa, @kaloka, hlm. 69-70)
"Tuhan, jika diizinkan aku meminta, aku ingin jadi tuli agar tidak bisa mendengar cemoohan orang-orang. Aku juga ingin bertemu dengan ayah kandungku." (Call Me Crazy Man, Adell [@adella22user699359], hlm. 82)
"Ia tersenyum miring. Wajahnya begitu menyeramkan, matanya menatapku begitu tajam. Kini suara yang tadinya mengalun indah, terdengar mengerikan." (Senjaku Mengerikan, @Vinandr_, hlm.88)
"Tiba-tiba saja angin berembus begitu kencang, membuat Tifa, Kirana, dan Rani berkali-kali memperbaiki letak rambut mereka. Budi yang asyik memakan camilan yang ia bawa tiba-tiba terjatuh." (Fakta, Aulia [AuliaNuril6], hlm. 95)
"Lauren sangat mengenaskan sekarang. Psikopat itu menggantungnya dengan mengikatkan tali di tangan Lauren. Lalu aku lirik perutnya yang sudah mulai membesar. Ditambah luka yang berada hampir di seluruh tubuhnya. Entah itu luka pukulan, tamparan, cakaran, bahkan sayatan pisau." (Hello, Khenzie!, Ni'matul Izzah [@izzah9_02], hlm. 101—102)
"Karena rasa penasaran yang tingkat akut, Rara berdiri dari ayunan. Baru satu langkah Rara berjalan, lampu di rumah itu kembali mati. Otomatis Rara berhenti." (Rumah Misteri, Rindiantika [penaline_], hlm. 112)
"Apa pun pesan Mbak Nina, maka itu akan menjadi kenyataan. Misalnya, beberapa hari lalu temanku sudah diperingati Mbak Nina untuk tidak membuka pintu saat ada yang mengetuk. Namun, ia takpercaya dan berakhir menghilang sampai sekarang." (Room 13, Putri Hime, hlm. 118)
"Pada saat perjalanan ke kantin, mereka berdua berpapasan dengan si anak baru. Si anak baru itu menatap ke arah Maria, dan berlalu. Mario yang merasa taksuka ditatap seperti itu hampir saja menghampiri si anak baru." (The Maniak, Dandeliona, hlm. 127)
Jono menoleh ke arah belakang, temannya jauh di belakang. Jono ketakutan, berdiri semua bulu kuduk Jono. Jono merasa motornya semakin berat, dia tidak berani menengok ke depan. Jono ingin memanggil kedua temannya, tetapi lidah Jono kelu, tak keluar suara. Hingga akhirnya Jono beranikan untuk melihat apa yang ada di atas motornya. (Kepala di Jembatan, Adib La Tahzan, hlm. 133)
"Saat aku tidak sengaja melihat sosoknya, kepalanya yang menunduk tiba-tiba terangkat dan menatapku dengan tatapan tajam. Kedua matanya melotot bukan main." (Indigo?, Widya Mailani [@widyadz26], hlm. 138)
"Ketika gelas itu berada di tanganku, air yang jernih berubah menjadi warna merah darah kental yang tiba-tiba keluar kalajengking yang tak terhitung jumlahnya." (Misteri Amnesia, Agatha [@AgathaPtr4], hlm. 146)
""Beberapa bilik toiket di dekat ruang UKS memang sudah sering terjadi peristiwa seperti kalian tadi."" - Pak Budi (Ada Hantu di Sekolah, Hana Lestari [@Hanaksara], hlm. 152)
"Tiba-tiba aku ingin buang air kecil. Aku pun melangkahkan kaki ke toilet. Saat aku berjalan, tiba-tiba terdengar pintu tertutup kencang. Aku sangat kaget dan takut karena ada bayangan putih yang melintas, padahal masih belum banyak murid yang datang." (Penyesalan, Risma A.N. [rismaagustna26], hlm. 155)
"Hari ini aku bisa melihat anak kecil yang meninggal karena tertabrak mobil." (Ruang Hampa Tanpa Cerita, Mutiara Bintang Ramadani, hlm. 162)
"Hal yang pertama terjadi adalah embusan angin yang sangat kencang menerpa wajah dua gadis yang sedang merinding ketakutan. Lampu tiba-tiba menyala, hujan turun dengan derasnya walaupun cuaca sekarang tak lagi mendung." (Rumah Tua Berhantu, Silvi Ananta Salsabila [@coretAnanta], hlm. 170)
"Serpihan kacanya mengenai wajah dan tubuh mereka yang berada di sekitarnya. Ada yang menancap pas di matanya. Ada yang terpotong telinganya. Ada juga yang kehilangan hidungnya." (Dendam, Indah [@indahhayu141], hlm. 178)
"Desti tiba-tiba saha sudah ada di hadapanku. Kepalanya celingukan mencari sekitarnya ada orang yang sedang diajak bicara olehku." (Hahtu Itu Pacarku?, Silva [SilvaHasyam], hlm. 189)
"Aku kaget mendengar suara denyitan kursi tersebut. Ragu-ragu aku melihat apa yang terjadi di luar kamar tersebut. Aku baru sampai di pintu, sebentar lagi kepalaku akan menengok ke arah luar. Tiba-tiba ..." (Sumur Keramat, Bierain, hlm. 192)
"Seseorang. Iya, dia melihat ada seseorang di dalam sana yang membelakanginya, sedang memandang keluar jendela. Apakah itu Haikal? Sepertinya bukan, karena badan Haikal jauh lebih kecil dari orang yang berada di dalam sana." (Gedung Tua, Putri Resky [@Natallah], hlm. 198)
"Perlu kalian tau pembunuh itu akan memberi tau kode yang disebarluaskannya ke sekolah siapa yang akan dibunuhnya. Dan sepertinya kode itu mengarah ke gue." (Mery Diana, LADT [@nothingadr_], hlm. 202)
"Entahlah apakah ini hanya perasaanku atau bukan, aku merasa bagaikan tidak ada pasokan oksigen. Sangat mencekam dan langsung membuat bulu kudukku merinding. Aku melihat kedua temanku, mereka biasa saja." (Desa Kenari, Kartika Dewi Purwastuti [@tikadp], hlm. 208)
"Kami segera memakai kain yang dibawa. Otomatis pandangan kami juga terhalang. Kini hanya telinga untuk kami bisa mencapai hint selanjutnya. Suara daun kering yang bergesekan mulai memenuhi telinga. Belum lagi suara langkah kaki yang terseok-seok, membuat bulu kuduk meremang." (Tawa di Gedung Baru, Ari Setya [@AriiSetya], hlm. 215)
"Dimas, salah satu panitia, berteriak di depan pintu UKS dengan wajah panik dan takut. Mengabari bahwa Selsa, siswi yang seharusnya berada di sini, hilang tanpa jejak." (Telaga di dalam Hutan, Vanya Annastasya RH, hlm. 221)
"Keringat bercucuran takada henti. Dilihatnya sekeliling hanya padang laut yang terpampang. Sekoci yang ia gunakan tak terlihat lagi. Matahari seakan tak mengampuni. Entah dosa apa yang telah ia lakukan." (Hantu Laut, Amalia T. Djamiri [DewaZeus98], hlm. 227)
Buku ini sudah lebih dari 2 tahun, jadi masa kontraknya sudah habis. Namun, kalau buku ini memiliki ISBN, maka buku ini ada di perpusda di mana penerbit buku ini berada dan di perpusnas.
Anda juga bisa membacanya di Wattpad, tetapi sepertinya masih versi revisi penulis. Temukan saja di akun @KeluargaCERAMA.
Kalau banyak yang berminat membeli bukunya, mungkin buku ini akan diterbitkan kembali. Bahkan bisa lebih dari 35 cerpen.
Resensi buku: https://kumpulanpraktik.blogspot.com/2022/02/resensi-buku-mereka-semua-ada-karya.html
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkomentar di unggahan saya.